UNNES Kembangkan Collaborative Classroom Untuk Tingkatkan Pembelajaran
UNNES Kembangkan Collaborative Classroom Untuk Tingkatkan Pembelajaran. Perkembangan dunia pendidikan semakin menuntut metode pembelajaran yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dituntut tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga melatih keterampilan abad ke-21 seperti komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah. Salah satu pendekatan yang kini banyak diterapkan adalah collaborative classroom atau kelas kolaboratif.
Metode ini berbeda dengan model tradisional yang cenderung berpusat pada dosen (teacher-centered learning). Collaborative classroom menekankan pada interaksi aktif antar mahasiswa, baik dalam diskusi kelompok, kerja proyek, maupun pemecahan masalah secara bersama.
Komitmen UNNES Tingkatkan Atmosfer Akademik
Pada tahun 2025 ini, UNNES berkomitmen untuk mendukung pembelajaran kolaboratif dengan meluncurkan pilot project collaborative classroom. Kegiatan tersebut diawali dengan pelatihan beberapa dosen dan tendik fakultas yang nantinya akan menjadi PIC collaborative classroom di fakultas masing-masing.

Pelatihan yang dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 11-12 Agustus 2025 tersebut dibuka oleh Kepala Sub-Direktorat Humas dan Layanan Terpadu, Eko Febrianto S.Pd., M.Kom. dan ditutup pada tanggal 12 Agustus oleh Wakil Rektor Bidang Kerja Sama, Bisnis, & Hubungan Internasional Prof. Dr. Nur Qudus, M.T., IPM.
Eko Febrianto menyampaikan kelas kolaboratif yang baru diluncurkan ini mengadopsi teknologi terkini diantaranya dilengkapi dengan smartboard, auto-tracking kamera, server di masing-masing kelas, dan tata audio yang baik. Dengan adanya perangkat-perangkat tersebut maka dosen dapat merekam dan menyimpan bahan pembelajaran juga aktivitas interaksi pada kelas kolaboratif tersebut.
Prof. Nur Qudus, M.T., IPM. berharap dengan adanya collaborative classroom ini dapat meningkatkan atmosfer akademik di UNNES. Beliau juga berharap bahwa PIC yang ditunjuk oleh fakultas dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab sehingga collaborative classroom ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh seluruh dosen dan mahasiswa guna menunjang kegiatan perkuliahan.
Aspek Teknologi dalam Collaborative Classroom
Salah satu pilar penting dari collaborative classroom di era digital adalah pemanfaatan teknologi. Tanpa dukungan teknologi, konsep kolaboratif seringkali terhambat oleh keterbatasan ruang, waktu, dan media komunikasi.
- Learning Management System (LMS) Sistem manajemen pembelajaran seperti Moodle, Canvas, atau Google Classroom menjadi sarana utama untuk mengorganisir materi, diskusi online, serta penilaian berbasis kolaborasi.
- Aplikasi Kolaborasi Digital Penggunaan aplikasi seperti Google Docs, Microsoft Teams, Slack, Trello, hingga Miro memudahkan mahasiswa bekerja bersama meskipun tidak berada di tempat yang sama. Fitur real-time editing memungkinkan semua anggota kelompok berkontribusi secara simultan.
- Media Sosial dan Forum Online Platform seperti WhatsApp Group, Telegram, atau Discord sering digunakan sebagai ruang diskusi informal. Hal ini memperluas interaksi dan membuat pembelajaran lebih cair.
- Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) Di beberapa perguruan tinggi, teknologi VR/AR mulai digunakan untuk simulasi kolaboratif. Misalnya, mahasiswa kedokteran dapat berlatih operasi bersama secara virtual, atau mahasiswa arsitektur dapat mendesain bangunan secara interaktif dalam ruang 3D.
- Kecerdasan Buatan (AI) dan Analitik Data AI dapat membantu dosen memantau partisipasi mahasiswa dalam kelas kolaboratif, memberikan rekomendasi pembelajaran personal, serta menganalisis dinamika kelompok. Hal ini menjadikan proses evaluasi lebih objektif dan adaptif.
- Hybrid dan Online Collaborative Learning Dengan teknologi video conference seperti Zoom atau Google Meet, collaborative classroom dapat dilaksanakan secara daring atau hybrid. Hal ini penting terutama pasca-pandemi, ketika fleksibilitas menjadi kebutuhan utama.
Dengan dukungan teknologi, collaborative classroom tidak lagi terbatas pada ruang fisik, tetapi mampu memperluas pengalaman belajar lintas lokasi bahkan lintas negara.
Kelebihan Collaborative Classroom dibanding Metode Tradisional
Metode tradisional sering bersifat satu arah, di mana dosen menjadi sumber utama informasi, sedangkan mahasiswa cenderung pasif. Collaborative classroom menawarkan berbagai kelebihan yang signifikan, di antaranya:
- Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Komunikasi Mahasiswa belajar berargumentasi, mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain. Hal ini menjadi bekal penting dalam dunia kerja yang menuntut kerja tim.
- Mendorong Pemikiran Kritis dan Kreativitas Diskusi dan kerja kelompok membuka ruang bagi mahasiswa untuk menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang serta menghasilkan solusi inovatif.
- Meningkatkan Motivasi dan Keterlibatan Karena merasa terlibat langsung dalam pembelajaran, mahasiswa lebih termotivasi dan aktif berpartisipasi. Proses belajar menjadi menyenangkan dan bermakna.
- Pembelajaran yang Lebih Mendalam Mahasiswa tidak hanya menghafal teori, tetapi juga menerapkannya dalam konteks nyata. Proses konstruksi pengetahuan ini lebih bertahan lama dibanding sekadar ceramah.
- Menyiapkan Mahasiswa untuk Dunia Nyata Dunia kerja menuntut kemampuan kolaborasi lintas disiplin. Melalui collaborative classroom, mahasiswa terbiasa bekerja dalam tim, mengelola konflik, dan menyelesaikan tugas bersama.
- Peran Dosen yang Lebih Relevan Dalam model tradisional, dosen sering berperan sebagai pusat otoritas. Dalam collaborative classroom, dosen lebih berperan sebagai fasilitator, mentor, dan pemandu, sehingga hubungan dengan mahasiswa lebih interaktif dan setara.